Senin, 19 Desember 2011

To be a Great Boss...

Menjadi Boss Idola
Oleh  : Abu Majid

                                                    Jabatan Boss ?,  sudah pasti semua orang mendambakannya. Tidak ada salahnya kita-bercita-cita menjadi boss ( dalam arti yang sebenarnya ). Ketika berbicara tentang BOSS, yang ada dalam bayangan kita seorang boss itu enak, tinggal perintah ‘ini’ dan ‘itu’ pada anak buah. Kita tak pernah membayangkan bahwa sebenarnya seorang boss itu dituntut untuk tampil ‘sempurna’ dimata anak buah dan kolega.
    Tanggal tujuh Desember 2011 kemarin, tepat pada hari Ulangtahun ke-34 PT. Pupuk Kaltim tercinta, adalah moment istimewa bagi 261 karyawan yang diangkat menjadi pejabat baru. Sebagian besar menduduki jabatan baru yang lebih tinggi dan sebagian lagi hanya ‘bergeser’. Banyak diantara boss-boss  baru tersebut yang saya mengenalnya dengan baik.

Tulisan  kali ini saya peruntukkan khusus kepada para boss yang baru menjabat, semoga ada sedikit manfaat dan dapat menjadi acuan untuk menjadi The Best Boss. Satu pertanyaan yang jarang terlintas dibenak kita, Sebenarnya siapa sih yang men’syarat’kan atau memberi criteria tertentu pada seorang boss ? ternyata adalah calon bawahan anda sendiri. Jadi, sebagai karyawan di level paling bawah, tentunya saya berhak mewakili rekan-rekan bawahan anda untuk memberi syarat kepada jabatan anda.
    Lalu, sebenarnya apa yang mesti dimiliki oleh seorang boss agar dia tampil sempurna ? mari kita simak criteria-kriteria dasar yang harus dimiliki seorang atasan jika ingin menjadi boss yang dihormati dan dicintai bawahan.

1.Bersikap Adil dan Bijaksana
   Mengelola bawahan bukanlah pekerjaan yang mudah ( Baca artikel sebelumnya: MANAGING PEOPLE). Adil dan bijaksana sifatnya relative, terkadang kita sudah merasa berlaku adil, tetapi ternyata masih tidak demikian dimata bawahan. Karena ‘adil’ bukan berarti ‘sama’, tetapi adil adalah ‘ya’ untuk atasan dan ‘ya ‘ bagi bawahan tanpa ada keterpaksaan. Seorang atasan yang baik dituntut mampu menilai dengan objektif kelebihan dan kekurangan bawahannya. Penilaian ini harus dilakukan seobjektif mungkin, tanpa terganggu penilaian pribadi. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan penghargaan atau apresiasi bagi bawahan sesuai dengan kinerja masing-masing. Dengan begitu bawahan akan dapat menangkap pesan bahwa semakin baik hasil kerjanya, semakin besar pula penghargaan yang diterimanya dari atasan. Pada saat yang sama, seorang atasan juga harus mampu menciptakan peluang yang adil bagi setiap bawahannya untuk menunjukkan kinerjanya. Tujuan dan target yang lebih tinggi justru dapat dicapai dengan menjaga iklim persaingan yang sehat di dalam timnya. Sebagaimana pernah saya tulis dalam sebuah artikel saya, “setiap orang akan selalu menilai dirinya lebih baik dari orang lain”, sehingga seorang atasan dituntut untuk dapat memahami karakter para bawahannya. Bukan sebaliknya, menjadikan jabatan sebagai kekuasaan. ”Pemimpin bukanlah seorang administrator yang suka mengatur orang lain, tetapi seseorang yang mau memberikan bantuan dan dukungan pada anak buahnya sehingga mereka bisa mengerjakan tugasnya.” (Robert Townsend, pengusaha dan penulis buku Reinventing Leadership).

2. Mampu Mendelegasikan Tugas
Mendelegasikan tidak sama dengan melimpahkan, maka sebelum melakukan itu, anda harus mengerti dan memahami semua pekerjaan yang ada di jabatan anda. Setelah anda menguasai dan memahami semua pekerjaan, delegasikan tugas-tugas kepada bawahan secara berkala. Strategi ini membuat Anda punya cukup waktu untuk memikirkan hal-hal yang lebih bersifat strategis, karena Anda tidak perlu memikirkan detail-detail pekerjaan. Pendelegasian tugas kepada bawahan justru akan menumbuhkan perasaan dihargai oleh atasan di kalangan bawahan.

3. Mempercayai Bawahannya
Meski anda wajib memonitor pekerjaan para bawahan, namun jika salah seorang anak buah sudah dipercaya untuk menyelesaikan sebuah tugas, tunjukkan bahwa Anda benar-benar yakin dan percaya ia mampu menyelesaikannya. Hindari melakukan pengecekan ulang yang berlebihan, atau terlalu sering mengontrol kemajuan tugas yang diberikan.
Kata Charles Erwin Wilson “Atasan yang baik mampu membuat anak buahnya tahu kalau mereka memiliki kemampuan lebih dari yang mereka bayangkan, sehinggga mampu mencapai prestasi kerja yang prima”.

4. Mau Mendengarkan
Jangan buru-buru memberi “cap pembangkang” kepada anak buah anda yang memprotes kebijakan anda. Hanya karena Anda bosnya, tidak berarti Anda selalu benar. Atasan yang baik harus tahu kapan mesti bertanya kepada bawahan, dan kapan harus mengikuti saran yang diajukan bawahannya. Boss adalah mewakili managemen, pada prinsip Human Capital bukan lagi jamanya seorang atasan ‘jaim’ pada bawahanya. Jangan pernah berpendapat bahwa jika anda akrab kepada bawahan maka akan melunturkan rasa hormat bawahan pada anda. Justru dengan adanya keakraban maka bawahan akan berani mengatakan kebenaran baik didepan maupun dibelakang anda, dan atasan yang mau mendengarkan bawahan adalah pemimpin yang didambakan bawahan.

5. Berani Mengambil Tanggung jawab
Saat satu tugas atau pekerjaan tidak berjalan dengan semestinya, seorang atasan yang baik tidak akan menimpakan kesalahan pada bawahannya. Ia akan mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi, dan segera melakukan tindakan perbaikan. Satu hal yang mengherankan apabila ada masalah yang terkendala, kemudian atasan mengatakan “ Oo..ini anak buah saya yang mengerjakan”.

6. Pujian bukan untuk Dirinya Sendiri

Dalam ilmu managemen dimanapun mengatakan bahwa “Atasan yang baik akan dengan rendah hati mengakui bahwa keberhasilan yang dicapai adalah hasil kerjasama tim. Ia tidak akan pernah menerima semua pujian hanya untuk dirinya sendiri, ataupun bersikap seolah-olah hanya ia yang paling berjasa dalam mencapai prestasi tersebut”. Jadi jika ada suatu keberhasilan yang dicapai, maka seorang atasan yang baik akan dengan senang hati memberi ucapan ‘selamat’ kepada para bawahan, bukan sebaliknya menunggu ucapan dari para bawahan.

7. Contoh dan teladan yang baik
Bukan hanya managing self yang baik yang wajib dimiliki seorang atasan. Atasan yang baik harus mampu memimpin dengan memberi contoh. Misalnya, jangan pernah menuntut bawahan Anda untuk disiplin dalam mematuhi jam kerja, jika Anda sendiri tidak mampu datang ke kantor tepat waktu.  “Jika tindakan Anda memberi inspirasi pada orang lain untuk bercita-cita lebih tinggi, berbuat lebih banyak, bertindak lebih bijak…belajar lebih dalam, maka Anda adalah seorang pemimpin”. (John Quincy Adams, Presiden AS ke 6).

8. Mampu Mengenali dan Mengembangkan Potensi Bawahan
Turn Over dan keinginan mutasi dari karyawan  salah satu penyebabnya adalah adanya anggapan bahwa tempat kerja tidak bisa menjadi tempat pengembangan bakat dan kemampuan ( Baca artikel : Job tender, mungkinkah diterapkan ? ).  Jika Anda sebagai atasan menemukan potensi-potensi yang dapat dikembangkan oleh bawahan, maka berikanlah tugas-tugas yang akan mendukung pengembangan karirnya. Jangan mendelegasikan tugas yang itu-itu saja. Berikan kesempatan baginya untuk tampil dan menunjukkan potensinya. Jangan takut bila suatu saat harus kehilangan sang anak buah karena ia ingin mencari tantangan baru yang lebih besar. Jangan khawatir, akan ada karyawan-karyawan lain yang bisa Anda kembangkan. Karena anda mampu menggali potensi-potensi anak buah.

9. Mau Memperjuangkan Kepentingan Bawahan
   Berbicara tentang Gaji dan karir adalah hal yang paling sensitive. Banyak karyawan yang mengeluh atasan tidak memperhatikan karirnya, banyak karyawan yang mengeluh atasan tidak perduli berapa gaji bawahannya. Pastilah, adakalanya perusahaan mengeluarkan kebijakan yang tidak menguntungkan bawahan Anda. Misalnya sistem penggajian yang tidak proporsional, jenjang karir yang tidak bersahabat dengan karyawan di level bawah, aturan cuti yang terlalu ketat, dan lain-lain. Anda sebagai atasan akan sangat dihargai oleh bawahan jika dapat menunjukkan empati anda terhadap kepentingan mereka, Cobalah bertindak sebagai mediator antara perusahaan dan bawahan Anda. Mungkin tidak selamanya semua keinginan mereka dapat terwujud, tetapi jika Anda melakukannya dengan tulus, usaha Anda akan sangat dihargai bawahan.

10. Memberi tugas Sesuai Kapasitas Bawahan
Seorang atasan yang memberikan tugas melebihi kemampuan dan keahlian bawahan umumnya akan dianggap “menuntut terlalu banyak dari bawahan”. Hasil yang dicapai biasanya tidak akan maksimal. Jika hal ini sampai terulang, akibatnya bisa fatal. Bawahan akan merasa frustrasi dengan pekerjaannya, dan ujung-ujungnya ia akan bersikap masa bodoh dengan tugas apa pun yang diberikan kepadanya. Sebuah kata bijak mengatakan: Kepemimpinan adalah upaya membuat seseorang melakukan apa yang tidak ingin ia lakukan untuk mencapai apa yang ingin ia capai.
   Sahabat-sahabat baik saya dan para boss, selain dari jurnal-jurnal yang pernah saya baca, beberapa kriteria diatas saya rangkum dari keluhan-keluhan yang ‘pernah’ terlontar dari rekan-rekan kita sendiri. Pada hakekatnya kita semua adalah seorang pemimpin. Dan Ilmu Agama apapun mengatakan seorang pemimpin akan mempertanggungjawabkan kepemimpinanya dihadapan Tuhan. Maka, Introspeksi diri, belajar dan belajar untuk menjadi lebih baik adalah mutlak bagi kita semua. Pepatah arab mengatakan UNDHUR MAA QOOLA WALAA TANDHUR MAN QOOLA, Lihatlah apa yang dikatakan dan, jangan melihat siapa yang mengatakan. SELAMAT MENDUDUKI JABATAN BARU SEMOGA TO BE A BEST BOSS……………………………….( Abu Majid )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar