Jumat, 10 Agustus 2012

Motivasi


“Kebahagiaan” seorang Pensiunan

Oleh : Abu Majid

   SEHARUSNYA-lah seorang karyawan yang memasuki masa pensiun akan merasa lega karena terlepas dari rutinitas yang “membelenggu”, terlepas dari doktrin waktu yang mau tidak mau, rela tidak rela harus ditaatinya selama masih menjadi karyawan. Sebagaimana kita tahu di hampir semua perusahaan, utamanya Industri, karyawan dibedakan menjadi 2 kelompok, karyawan shift dan Non shift. Bagi karyawan yang selama pengabdiannya sebagai karyawan shift pasti akan sedikit berbeda dengan karyawan non shift. Akan lebih terasa “kebebasan” itu ( Baca: Pensiun). Yang (mungkin ) sewaktu masih jadi karyawan terkadang merasa “berat” ketika habis off duty kemudian harus masuk malam ( saya juga pernah merasakan kok Pak, he….he....). atau disaat kita sudah membuat janji untuk keluarga, tiba-tiba harus lembur atau dapat panggilan call out dll. So, pensiun memang harus disambut dengan gembira bukan ?
Kembali pada judul yang saya tulis, idealnya pensiunan yang menjalani hari-harinya dengan “tidak bahagia” bisa dihitung dengan jari. Namun kenapa ya justru cerita manis seorang teman yang pensiun jarang terhembus oleh kita. Ataukah kita yang kurang perduli dengan beliau-beliau para pionir kita, kurangnya silaturahmi kita dengan mereka, ataukah karena berlakunya hukum alam “ Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang”..??.
Be Optimist sajalah, karena memasuki masa pensiun merupakan sesuatu yang alamiah, Was Born-Growt and Missing, ya khan ?. Membicarakan pensiun berarti  sudah tidak membahas mengenai Employee Engaged lagi ya, karena pada masa ini Engaged sudah tidak lagi bisa di paksakan melekat pada diri pensiunan.
Selain itu masa pensiun merupakan kebagiaan dan kebanggaan tersendiri. Masa pensiun merupakan hal yang indah dan perlu disyukuri, karena yang masih aktif belum tentu bisa mencapai pensiun karena berbagai faktor, bisa karena hukuman disiplin ( Warning), kesehatan terganggu sehingga memaksanya pensiun dini, atau telah mendahului dipanggil Yang Maha Pencipta. Dan yang tak kalah penting, pensiun merupakan kebanggaan bahwa kita sudah sempurna mengabdi pada bangsa dan negara melalui Perusahaan.
Bagi pensiunan yang sudah mapan sejak awal, maka dengan memasuki masa pensiun artinya akan lebih banyak waktu luang untuk berkumpul dengan keluarga, beristirahat, setelah bertahun tahun bekerja keras, banyak waktu untuk merenungi perjalanan hidup. Memperbaikinya jika ada yang salah. Dan juga masa pensiun bisa dikatakan menikmati hidup sekaligus menyiapkan anak cucu sebagai generasi penerus agar menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa dengan pengalaman yang dimiliki. Nggak ada salahnya toch kalau kebetulan anak-anak kita memiliki kompetensi untuk menggantikan kita diperusahaan ?, bisa dikatakan mereka meneruskan tongkat estafet yang pernah ada ditangan kita. Menurut saya, masuknya anak-anak karyawan menjadi penerus diperusahaan memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Selain dapat mengukur kompetensinya sejak dini, pihak user juga sudah dapat membaca typicalnya. Bukankah ada pepatah “Buah jatuh takkan jauh dari pohonnya” ( kecuali pohon yang tumbuh diatas tebing dan buahnya jatuh ke jurang yang dalam..he…he…).
Bagi para pensiunan yang masih ingin tetap “bekerja” karena berbagai alasan, pengalaman selama menjadi karyawan juga dapat dijadikan sebagai modal untuk memutuskan aktifitas apa yang tepat dan cocok bagi kita untuk memilah kegiatan yang dikehendaki, seperti bisnis, kegiatan sosial masyarakat, keagamaan atau usaha lainnya.

 Seperti saya tulis dalam artikel sebelumnya, masa pensiun merupakan hal alami, semua yang bekerja akan pensiun, tak terkecuali anda dan juga saya. Satu persatu memasuki gerbang pensiun dan akan diganti oleh generasi berikutnya. Maka dari itu sudah sewajarnya kita bekerja dengan sebaik-baiknya, ikhlas, cerdas, dan penuh dedikasi. Mengutip tausiah para ustadz yang didatangkan BPUI, “Bekerja kita anggap sebagai ibadah, tentunya dengan mengikuti aturan yang ditetapkan, sehingga saat pensiun dapat berjalan dengan baik. Itulah sebabnya, walaupun masih jauh dari pensiun, kita tetap harus mempersiapkan diri jauh jauh hari,”.
Jika sudah begitu pasti kita akan mendapat penghargaan setinggi-tingginya dari perusahaan. Perusahaan akan bangga dan berterimakasih pada karyawan yang memasuki masa pensiun, atas pengabdian, dedikasi dan loyalitas selama menjalankan tugas-tugas perusahaan.
  Nah, endingnya tentu kita akan dapat menjalani pensiun dengan perasaan senang dan gembira, dapat mengirim cerita manis kepada rekan-rekan  yang barangkali merasa sedang galau menghadapi masa-masa persiapan pensiun…………(Abu Majid)