Rabu, 21 Desember 2011

Anak buah Teladan

Perfect, Anakbuah Smart dan Boss Exellent
                                                                                   Oleh ; Abu Majid

    Tidak adil rasanya kalau hanya bawahan yang boleh memiliki tuntutan terhadap prilaku positif  para atasan, beliau-beliaupun ternyata memiliki criteria-kriteria tertentu terhadap prilaku para bawahannya agar dapat mengemban tugas dengan tenang. Kalau saya membayangkan bahwa saya adalah seorang Boss (he..he…boleh lho kita bercita-cita jadi Boss, apalagi sekedar berhayal). Jika Saya ( Boss) diminta untuk menyebutkan perilaku seperti apa yang saya inginkan harus dimiliki oleh anak buah saya, maka dengan cepat saya akan menyebutkan segala perilaku postif yang idealnya dimiliki oleh seorang karyawan. Dia haruslah seorang pekerja keras, rajin, disiplin dan pandai mengatur waktu. Tidak mengeluh ketika diminta bekerja ekstra (lembur dan bukan lembur), dapat bekerja dengan minimal pengawasan dari saya, juga dapat dipercaya. Pokoknya punya loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan dan pada saya. Apalagi ditambah dengan sopan santun, suka menolong dan disukai banyak orang. Hmmm, tentulah saya, sebagai atasan dari karyawan seperti ini bisa lega dan sedikit berkurang beban pekerjaan saya.
   Namun bagaimanakah bila ternyata hal-hal tersebut di atas tidak semuanya dapat saya dan anda temukan pada anak buah anda? Apakah berarti anda tidak dapat mengandalkan anak buah anda? Apakah berarti anda menjadi  pesimis dan kehilangan kepercayaan? Tentu itu bukan alasan yang tepat untuk melegalkan segala sikap pesimis anda. Ingat tidak ada suatu apapun yang tidak dapat berubah di muka bumi ini.

Ketika saya mendengar seorang karyawan mengeluhkan prilaku rekan kerjanya, saya mencoba membayangkan bahwa karyawan tersebut adalah seorang Boss dan rekanya adalah anak buahnya. Maka prilaku bawahan tersebbut bukanlah prilaku yang disukai si boss dan para atasan pada umumnya. Ketika saya melihat atasan saya meminta dokumen pada saya dan atasan saya menunggu terlalu lama, maka prilaku seperti saya bukanlah prilaku yang menyenangkan para Boss.

 Kalau kita mundur jauh kebelakang, kembali pada kodrat penciptaan manusia oleh Tuhan, maka seperti dua sisi mata uang, demikianlah setiap orang / karyawan memiliki 2 jenis perilaku, yaitu positif dan negatif. Jika segi positif yang lebih menonjol, maka positif juga dampak yang akan ia peroleh. Sebaliknya, jika segi negatif yang lebih menonjol, maka dampak negatif juga yang akan didapat. Namun, tentu saja seorang atasan tidak boleh dengan mudah men”justice” bawahan sebagai anak buah yang buruk, susah diatur dan sebagainya.  Yach, seorang atasan harus mampu melihat sekecil apapun sisi positif dari si bawahan dan berusaha mengembangkan sisi positif tersebut. Lalu bagaimanakah sebaiknya yang harus dilakukan seorang atasan untuk mengembangkan potensi yang ada pada bawahanya ? Apakah mudah bagi seorang atasan untuk meningkatkan sisi positif tersebut ?

Kembali HRD memiliki peranan yang sangat penting untuk mem-back up para atasan untuk meningkatkan perilaku positif dari para karyawan. Dengan catatan harus ada komunikasi antara atasan dengan HRD, karena HRD tentu tidak akan tahu kendala-kendala yang di hadapi karyawan tanpa ada informasi dari atasan ataupun karyawan yang bersangkutan.

Salah satu langkah yang biasanya dianjurkan oleh HRD adalah  melalui berbagai program coaching yang wajib diadakan oleh para atasan secara berkala. pada awal, pertengahan ataupun akhir tahun. Ini merupakan suatu kesempatan yang baik bagi kedua belah pihak ( atasan dan bawahan ) untuk dapat mengevaluasi apa yang positif yang dapat ditingkatkan dan apa yang negatif  yang seharusnya dihilangkan. (di Departemen Akuntasnsi coaching ini dilakukan minimal sekali setahun )
Dalam hal meningkatkan nilai-nilai positif karyawan maka hendaknya seorang atasan yang bijak tidak hanya menilai apakah bawahannya baik atau buruk, namun sebaiknya seorang atasan dapat mengungkapkan bagaimana seorang bawahan itu seharunya berperilaku. Misalnya dengan membahas bagaimana seharusnya si bawahan dapat memanfaatkan waktu kerja dengan efisien. Tidak hanya menilai apakah si bawahan telah menggunakan waktunya dengan efektif atau tidak, tetapi bagaimana si bawahan dapat menggunakan waktu dengan semestinya, efektif dan efisien. Lalu masalah target bersama,  apakah target sudah terpenuhi atau belum dan bagaimana seharusnya.

   Ketika atasan mengungkapkan kriteria-kriteia positif yang seharusnya dimiliki oleh para bawahannya, maka sebenarnya ini adalah upaya para boss untuk mengembangkan potensi, mengembangkan kualitas dan sisi positif lain para bawahannya.

   Dengan arahan HRD maka seorang atasan dapat melakukan langkah-langkah tepat dalam menggali, mengembangkan potensi dan sisi positif para bawahan agar mereka dapat berprilaku positif seperti harapan atasan. Langkah-langkah tersebut antara lain  :

1. Identifikasi Hal yang disukai Bawahan
    Seorang atasan haruslah dapat mengidentifikasi apa yang memotivasi anak buahnya dalam bekerja. Paling tidak amatilah hal apa yang selalu membuat ia antusias dalam melakukan pekerjaannya. Misalnya saja saat ia dipercayakan untuk memimpin suatu proyek, atau saat dia diberikan kepercayaan untuk mewakili perusahaan bertemu dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Atau ketika hasil kerjanya dihargai dengan suatu pengakuan maka hal ini membuat ia menjadi lebih bersemangat dalam bekerja

2. Identifikasi Hambatan yang dialami Bawahan
    Selain mengidentifikasi hal yang memotivasi bawahan, Cobalah juga untuk mengidentifikasi apa yang menghambat motivasinya. Misalnya saja sang bawahan sebenarnya berpotensi tetapi ia merasa tidak termotivasi untuk terus berkembang oleh karena tidak adanya jenjang karir baginya

3. Planning Masa depan Karyawan
    Buatlah serangkaian perencanaan yang dapat meningkatkan motivasi kerja si karyawan. Cobalah dengan mendengarkan apa sebenarnya perencanaan yang dimiliki oleh sikaryawan. Cobalah mengkajinya bersama-sama dan buatlah suatu keputusan bagaimana mencapainya. Hal ini haruslah dibuat oleh kedua belah pihak. Namun terutama sang bawahan haruslah memiliki suatu motivasi yang kuat untuk mencapainya

4. Penjadwalan Training bagi Bawahan
   Janganlah sungkan untuk mengirimkannya ke program pelatihan walapun hal ini berarti akan mengambil sebagian jam kerjanya. Tetapi anda akan mendapat imbal balik yang sepadan. Dengan knowledge yang bertambah pada diri bawahan berarti akan meringankan beban pengawasan yang akan anda lakukan. Yang terkadang terkadang terjadi adalah sebaliknya. Program training karyawan tidak pernah direncanakan dengan baik oleh atasan, bukan atasan mengusulkan training bawahannya ke HRD, tetapi sebaliknya hanya menunggu panggilan dari HRD.sehingga ketika Departemen harus mengirimkan nama-nama karyawan yang akan diikutkan training, justru karyawan yang tidak siap.

5.  Pastikan bawahan mengetahui setiap prosedur dengan jelas sehingga tidak ada celah untuk melanggarnya

    Dari lima hal di atas maka diharapkan seorang atasan dapat mengarahkan anak buahnya untuk melakukan yang semestiya serta dapat menghargai anak buahnya ketika si anak buah telah melakukan yang seharusnya. Hal ini akan membuat si karyawan merasa nyaman dan mengembangkan sisi positif yang dimilikinya.
Saya, sebagai karyawan di level bawah yang mempunyai sekian banyak atasan secara berjenjang. Mempunyai catatan kecil (semoga tidak demikian dengan anda), menurut hemat saya sebagian besar atasan kurang peka terhadap hal-hal seperti ini, mereka lebih terfokus pada hal-hal yang bersifat strategis. Sehingga terkesan kepentingan bawahan terabaikan. Padahal untuk mencapai Visi dan misi Perusahaan, sudah seharusnya atasan dan bawahan saling memiliki ketergantungan dan menjadi sebuah team yang solid.( Maaf kalau salah……………!!) …………….(Abu Majid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar