Oleh : Abu Majid
Dalam rumah tangga kita adalah direktur , yang semestinya dapat berbuat sekehendak hati terhadap orang-orang yang ada didalamnya, istri dan anak-anak kita. Namun kalau kita mau jujur sejatinya banyak rambu-rambu yang membatasi dan mengatur semua gerak kita, sekalipun itu dalam rumah tangga kita sendiri.
Dalam mendidik anak, misalnya. tentu saja setiap keluarga bebas menentukan cara dalam mendidik anak-anaknya. Hanya saja sekarang ini telah banyak metode mendidik anak yang dapat kita jadikan referensi. Salah satunya adalah menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan human resources dalam sebuah perusahaan melalui ” 8 P ” , yang diibaratkan seperti merawat tanaman
Sebuah artikel menarik dari Anthony Dio Martin, SPsi, MBA, menjelaskan bahwa 8 prinsip HRD tersebut urutanya adalah sebagai berikut :
1. PICTURE (Gambaran)
~ Kita harus punya gambaran dimasa depan anak akan menjadi seperti apa. Sebenarnya bukannya Egois kalau kita menginginkan anak-anak kita menjadi Dokter, direktur, pilot atau profesi hebat lainya. Hanya saja kita juga harus menyadari bahwasanya kita tak bisa memaksakan kehendak bila mereka pada akhirnya memilih bidang yang berbeda. Maka itulah perlunya memberikan referensi atau menanamkan pemahaman seperti keinginan kita. Jika kita telah menanamkan gambaran yang hebat mengenai profesi-profesi seperti diatas kepada anak-anak kita sejak dini, maka dibawah alam sadarnya si anak telah mengerti gambaran-gambaran tersebut.
2. PLAN (Merencanakan)
~ Siapkan masa depan anak, dengan menabung atau asuransi. Biaya pendidikan makin mahal, tanpa perencanaan yang matang semua non sense. Bayangkan kalau untuk masuk Fakultas kedokteran di UGM misalnya, kita harus membeli sebuah kursi seharga 125 juta rupiah, itupun masih ada syarat bahwa otak anak harus benar-benar encer. Jika tanpa kita Planning maka mustahil rasanya dapat memasukan anak-anak kita ke fakultas favorit seperti itu.
~ Kita harus punya gambaran dimasa depan anak akan menjadi seperti apa. Sebenarnya bukannya Egois kalau kita menginginkan anak-anak kita menjadi Dokter, direktur, pilot atau profesi hebat lainya. Hanya saja kita juga harus menyadari bahwasanya kita tak bisa memaksakan kehendak bila mereka pada akhirnya memilih bidang yang berbeda. Maka itulah perlunya memberikan referensi atau menanamkan pemahaman seperti keinginan kita. Jika kita telah menanamkan gambaran yang hebat mengenai profesi-profesi seperti diatas kepada anak-anak kita sejak dini, maka dibawah alam sadarnya si anak telah mengerti gambaran-gambaran tersebut.
2. PLAN (Merencanakan)
~ Siapkan masa depan anak, dengan menabung atau asuransi. Biaya pendidikan makin mahal, tanpa perencanaan yang matang semua non sense. Bayangkan kalau untuk masuk Fakultas kedokteran di UGM misalnya, kita harus membeli sebuah kursi seharga 125 juta rupiah, itupun masih ada syarat bahwa otak anak harus benar-benar encer. Jika tanpa kita Planning maka mustahil rasanya dapat memasukan anak-anak kita ke fakultas favorit seperti itu.
3. PLOW (Membajak)
~ Siapkan lingkungan yang baik untuk anak-anak, ciptakan kondisi agar mereka mau belajar. Tidak ada salahnya kita melarang anak kita bergaul dengan teman yang menurut kita kurang cocok. Banyak orang tua yang tidak memperdulikan anak-anaknya, membiarkan bermain dan bermain. Kalau kita tidak tegas, maka sia-sia kita memberi arahan-arahan pada anak kita. Ibarat anda membangun istana pasir, anda sudah susah payah tiba-tiba diterjang ombak. Begitulah, anak-anak kita jadi akan membandingkan dengan temannya. Mereka akan memprotes. Teman saya boleh ini-itu kok saya dilarang.Jangankan dilingkungan yang majemuk, dilingkungan seperti BTN, BSD pun sangat mungkin menjadi lingkungan yang kurang kondusif. Masih banyak perbedaan pola asuh anak diantara orangtua.Ada yang membiarkan anak tumbuh dengan pengawasan sekedarnya, ada yang benar-benar protektif dan sebagainya.
~ Siapkan lingkungan yang baik untuk anak-anak, ciptakan kondisi agar mereka mau belajar. Tidak ada salahnya kita melarang anak kita bergaul dengan teman yang menurut kita kurang cocok. Banyak orang tua yang tidak memperdulikan anak-anaknya, membiarkan bermain dan bermain. Kalau kita tidak tegas, maka sia-sia kita memberi arahan-arahan pada anak kita. Ibarat anda membangun istana pasir, anda sudah susah payah tiba-tiba diterjang ombak. Begitulah, anak-anak kita jadi akan membandingkan dengan temannya. Mereka akan memprotes. Teman saya boleh ini-itu kok saya dilarang.Jangankan dilingkungan yang majemuk, dilingkungan seperti BTN, BSD pun sangat mungkin menjadi lingkungan yang kurang kondusif. Masih banyak perbedaan pola asuh anak diantara orangtua.
4. PLANTING (Menanam)
~ Tanamlah benih (hal-hal) yang baik dalam diri anak-anak. Jika masa muda kita tergolong orang yang memiliki sifat-sifat yang kurang baik, hoby membicarakan hal-ha yang kurang bermanfaat, maka lambat laun hilangkan lah sifat tersebut.Jika tidak maka akan nyatalah pepatah “ Buah jatuh tak kan jauh dari pohonnya”, Usahakan pohon yang kita tanam di perkampungan buahnya jatuh di supermarket atau mall-mall.
~ Tanamlah benih (hal-hal) yang baik dalam diri anak-anak. Jika masa muda kita tergolong orang yang memiliki sifat-sifat yang kurang baik, hoby membicarakan hal-ha yang kurang bermanfaat, maka lambat laun hilangkan lah sifat tersebut.Jika tidak maka akan nyatalah pepatah “ Buah jatuh tak kan jauh dari pohonnya”, Usahakan pohon yang kita tanam di perkampungan buahnya jatuh di supermarket atau mall-mall.
5. PRUNE (Memangkas)
~ Bagian yang kurang bagus harus di-siangi. Sebagai orangtua pasti kita pernah terkejut ketika mendengar anak-anak berbicara ‘kotor’, berteriak dan memaksa jika meminta sesuatu dll. Jika kita tidak pernah merasa mengajarkan dan memberi contoh pada buah hati kita, maka sudah jelas hal buruk tersebut didapat dari pergaulan dilingkungan kita. Tugas kita adalah memberi pengarahan dan pengertian bukan memarahinya. Terkadang kita hanya memarahi anak-anak tanpa memberi penjelasan yang mampu dicerna oleh anak-anak kita.
~ Bagian yang kurang bagus harus di-siangi. Sebagai orangtua pasti kita pernah terkejut ketika mendengar anak-anak berbicara ‘kotor’, berteriak dan memaksa jika meminta sesuatu dll. Jika kita tidak pernah merasa mengajarkan dan memberi contoh pada buah hati kita, maka sudah jelas hal buruk tersebut didapat dari pergaulan dilingkungan kita. Tugas kita adalah memberi pengarahan dan pengertian bukan memarahinya. Terkadang kita hanya memarahi anak-anak tanpa memberi penjelasan yang mampu dicerna oleh anak-anak kita.
6. PROTECT (Melindungi)
~ Lindungi anak dari virus-virus yang bisa merusak. Hampir sama dengan point diatas tadi, hanya saja sikap ini lebih kepada menghilangkan, menjauhkan hal-hal yang menurut kita kurang baik. Namun sikap ini jika kita benar-benar tidak konsisten maka jika suatu ketika si anak mendapat informasi dari orang lain justru rasa ingin taunya sulit dikendalikan.
~ Lindungi anak dari virus-virus yang bisa merusak. Hampir sama dengan point diatas tadi, hanya saja sikap ini lebih kepada menghilangkan, menjauhkan hal-hal yang menurut kita kurang baik. Namun sikap ini jika kita benar-benar tidak konsisten maka jika suatu ketika si anak mendapat informasi dari orang lain justru rasa ingin taunya sulit dikendalikan.
7. POLLINATE (Menyerbukan)
~ Biarkan mereka saling berbagi. Sifat paling mulia tentunya jika anak-anak sudah mampu berbagi sejak usia dini, sikap seperti ini dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu antara adik dan kakak.
~ Biarkan mereka saling berbagi. Sifat paling mulia tentunya jika anak-anak sudah mampu berbagi sejak usia dini, sikap seperti ini dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu antara adik dan kakak.
8. PROPAGATE (Menyebarkan)
~ Prinsip ini mengajarkan bagaimana seorang anak yang sudah baik bisa mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada temannya. Sikap ini adalah pengamalan dari point-point sebelumnya. Anak yang sudah mampu membedakan antara hal yang baik dan tidak baik, secara otomatis akan memberi contoh pada lingkungan bermainnya.
~ Prinsip ini mengajarkan bagaimana seorang anak yang sudah baik bisa mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada temannya. Sikap ini adalah pengamalan dari point-point sebelumnya. Anak yang sudah mampu membedakan antara hal yang baik dan tidak baik, secara otomatis akan memberi contoh pada lingkungan bermainnya.
Mendidik anak adalah perkara yang paling sulit yang dihadapi setiap orangtua. Dibutuhkan kesabaran, ketegasan dan kekompakan antara Ayah dan Ibu. Orangtua dituntut untuk mampu memberi contoh dalam keseharian. Dan hal yang terpenting adalah konsistensi dari orangtua itu sendiri. Jika tidak, maka kanvas putih yang telah kita siapkan akan menjadi sebuah lukisan yang 'kurang' indah dipandang....( NN/Abu Majid )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar