Sabtu, 26 Mei 2012

Prilaku Karyawan


Corporate Culture (Budaya Perusahaan)
Oleh : abu Majid

   Opini mengenai Survey Budaya K3 yang sempat saya share ke webmail beberapa saat lalu ternyata menuai berbagai tanggapan dari rekan-rekan karyawan, baik karyawan baru maupun para senior. Namun saya ambil sisi positive saja bahwa dalam satu lingkungan yang sama sekalipun memang tidak bisa dipaksakan untuk melihat dengan sudut pandang yang sama.
Corporate Culture atau Budaya Perusahaan dewasa ini  menjadi obyek utama dalam menilai/melihat seperti apa Management mengelola bisnis proses perusahaanya. Pada era sebelumnya para peneliti hanya menitikberatkan pada kinerja perusahaan pada umumnya. Namun ternyata Kinerja perusahaan hanya menggambarkan likuiditas, soliditas dan solvabilitas perusahaan saja.
Terkait budaya K3, saat ini baik perusahaan berskala kecil, menengah maupun perusahaan kelas dunia memandang K3 sebagai unsur vital dalam mencapi visi dan misi perusahaan. Artinya perusahaan tidak hanya mengacu pada tujuan akhir yaitu Profit atau keuntungan semata tanpa memperhatikan kenyamanan dan keamanan karyawan.
Budaya umum perusahaan memang tak bisa lepas dari budaya K3 diperusahaan. Sebagaimana yang terjadi saat ini banyak perusahaan mulai mengalami kegagalan dalam mempertahankan eksistensinya untuk terus berkompetisi dengan perusahaan lainnyat. Timbul pertanyaan bagaimana perusahaan satu bisa gagal sementara yang lainnya mampu survive padahal perusahaan tersebut bergerak pada bidang yang sama. Berkaitan dengan hal tersebut tentu ada hal yang menjadi kekuatan/keunggulan perusahaan untuk tetap survive, salah satu kekuatan dimaksud dan sulit ditiru oleh perusahaan lain adalah adanya budaya perusahaan yang dimiliki dan sangat mengakar dalam diri karyawan. Kegagalan perusahaan untuk tetap eksis sebabnya ternyata tidak hanya terkait dengan cadangan modal perusahaan, tetapi juga disebabkan oleh ketidaknyamanan karyawan yang berlarut-larut Tentu memunculkan pertanyaan sendiri mengapa dalam suatu perusahaan seringkali terjadi demo, karyawan tidak betah. Sedangkan diperusahaan lain cenderung adem-ayem saja.

Budaya perusahaan sering disederhanakan pemahamannya menjadi shared value bagi anggota organisasi mengenai apa yang terbaik bagi mareka untuk mencapai sukses. Nilai adalah persetujuan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Dalam budaya yang kuat, tersimpan persetujuan yang tinggi terhadap butir-butir nilai. Budaya yang lemah, yang berarti mempunyai derajat komitmen yang rendah dari anggota organisasi, relatif lebih mudah berubah.
Pertanyaan kini muncul dibenak kita. Sekuat apakah Corporate Culture di Perusahaan kita PT.Pupuk Kalimantan Timur ?. Dalam sebuah budaya perusahaan yang kuat hampir semua manajer menganut bersama seperangkat nilai dan metode menjalankan bisnis yang relatif konsisten. Karyawan baru mengadopsi nilai-nilai ini dengan sangat cepat. Dalam sebuah budaya seperti itu,seorang eksekutif baru bisa saja dikoreksi oleh bawahannya,selain juga oleh bosnya,jika dia melanggar norma-norma organisasi.

   Mungkin ada diantara kita yang masih belum paham, sebenarnya  apa sich yang dimaksud dengan budaya perusahaan itu?, meskipun sebagai karyawan yang patuh pada peraturan perusahaan, sebenarnya kita telah melaksanakan budaya tersebut. Banyak deskripsi mengenai budaya perusahaan itu tetapi dapat diambil sebuah kesepakatan atau kesimpulan bahwa Budaya Perusahaan mengacu kesuatu sistem makna/nilai bersama yang dianut oleh para karyawan sebuah perusahaan dan itu yang membedakan dari perusahaan-perusahaan lain. Sedangkan Nilai yang dianut bersama adalah Keyakinan dan tujuan penting yang dimiliki bersama oleh kebanyakan orang dalam kelompok,yang cenderung membentuk prilaku kelompok,dan sering bertahan lama, bahkan walaupun sudah terjadi perubahan dalam anggota kelompok (wikipedia)

   Ada beberapa riset yang dilakukan mengenai Budaya Perusahaan ini,dan yang paling baru mengemukakan bahwa ada 7 (tujuh) karakteristik primer berikut yang bersama-sama, menangkap hakikat dari sebuah Budaya Perusahaan :

1. Inovasi dan Pengambilan Resiko : Sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif dan mengambil resiko. GKM adalah salah satu wadah untuk mengembangkan Inovasi karyawan. Sedangkan resiko sudah dapat diminimalisir,karena Inovasi-inovasi tersebut telah melalui tahapab-tahapan ujicoba, bahkan ada yang telah diaplikasikan. Sehingga dengan perhitungan yang matang bisa dikata resiko adalah nol.

2. Perhatian pada Detil pekerjaan : sejauh mana para karyawan diharapkan memperlihatkan presisi (kecermatan) analisis dan perhatian kepada rincian atau detil pekerjaan. Pada dasarnya setiap departemen atau setiap pekerjaan memerlukan ketelitian, meskipun efek dari suatu kesalahan adalah berbeda, ada yang langsung terasa dan ada yang tidak langsung.

3. Orientasi Hasil tanpa mengabaikan proses: Sejauh mana manajemen lebih focus kepada hasil bukannya pada proses dan teknik yang digunakan untukmencapai hasil itu. Untuk suatu perusahaan yang berkelas dunia semestinya management lebih focus pada hasil bukan pada prosesnya. Tetapi terkadang yang terjadi adalah Management focus pada kecepatan produksi (hasil), tetapi disisi lain management juga mengharuskan proses yang tidak flexible. Misalkan, Management focus pada hasil produksi. Proses produksi tidak boleh terhenti, tetapi management menetapkan birokrasi pembelian bahan baku yang panjang dan berbelit.

4. Orientasi Orang : Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam perusahaan itu.

5. Orientasi Tim : Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, bukannya individu-individu. Menjadi tugas Dept.SDM untuk menekankan pentingnya Coaching pada setiap departemen, sehingga control terhadap kinerja team dapat dijalankan dengan mudah.

6. Keagresifan : Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai-santai.

7. Kemantapan : Sejauh mana kegiatan perusahaan menekankan dipertahankannya status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.

   Menelaah kembali budaya perusahaan Pupuk Kaltim yang 5 (Unggul, Integritas, Kebersamaan, Kepuasan Pelanggan, Tanggap). Dimana ke 5 Budaya  tersebut adalah implementasi  dari berbagai aspek yang kemudian disederhanakan sedemikian rupa, sehingga nilai-nilai yang terkandung didalamnya (seharusnya) dapat dilaksanakan dengan seksama oleh setiap karyawan PT.Pupuk Kaltim.
 Dalam praktek sehari-hari kekuatan budaya perusahaan itu berhubungan dengan kinerja meliputi tiga gagasan pokok, yaitu:

Pertama adalah penyatuan tujuan.
Dalam sebuah perusahaan dengan budaya yang kuat,karyawan cenderung berbaris mengikuti penabuh genderang yang sama. Artinya tidak ada prestasi kecil dalam suatu dunia yang penuh dengan spesialisasi dan bentuk keragaman lain.
Tanpa adanya penyatuan tujuan, dapat dibayangkan seperti apa hasil yang akan dicapai oleh 4000-an karyawan yang menghadap kea rah yang berbeda.

Kedua adalah menciptakan suatu tingkat motivasi yang luar biasa.
Kadang-kadang ditegaskan bahwa nilai-nilai dan prilaku yang dianut bersama membuat orang merasa nyaman dalam bekerja untuk sebuah perusahaan;rasa komitmen atau loyal selanjutnya dikatakan membuat orang berusaha lebih keras lagi. Melibatkan orang dalam pengambilan keputusan dan mengakui peran serta mereka merupakan contoh yang lazim.

Ketiga memberikan struktur dan kontrol yang dibutuhkan tanpa harus bersandar pada birokrasi formal yang mencekik yang dapat menekan tumbuhnya motivasi dan inovasi.

   Budaya Perusahaan merupakan sesuatu yang sangat penting dimiliki oleh sebuah perusahaan, tanpa Budaya Perusahaan percayalah, sebuah perusahaan tinggal menunggu waktu saja untuk tertinggal dan tidak mampu berkompetisi.